Peran Rehabilitasi pada Tatalaksana Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

Peran Rehabilitasi pada Tatalaksana Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

PENYAKIT paru obstruktif kronik atau disingkat PPOK adalah penyakit yang menyerang paru-paru sehingga menghalangi aliran udara dari dalam paru-paru sehingga pengidap akan mengalami penumpukan karbondioksida (CO2) dan mengalami kesulitan dalam bernapas. PPOK pada umumnya bersifat progresif, sehingga pengidap akan memiliki penyakit ini untuk jangka panjang dengan kondisi perburukan secara perlahan.

Rokok diketahui berperan secara bermakna terhadap terjadinya PPOK. Data Departemen Kesehatan mendapati perokok pada 46,5% penduduk Indonesia (45% laki-laki; 1,5% perempuan). Bila diperkirakan 15% hingga 20% perokok menderita PPOK, dengan perkiraan jumlah penduduk Indonesia sebesar 201 juta, penderita PPOK secara kasar cukup besar jumlahnya. Rokok saat ini menjadi salah satu lifestyle anak remaja, sehingga dapat diperkirakan PPOK akan dijumpai pada usia yang lebih muda. Selain itu, penyakit asma serta partikel iritan selain rokok: yaitu bahan bakar biomassa; agen kimia dan asap dari paparan kerja; polusi udara juga dapat menyebabkan peradangan pada paru-paru yang dalam jangka lama (peradangan kronis) menimbulkan kondisi PPOK.

Perhatian terhadap PPOK diperlukan karena sifatnya menahun, sehingga berdampak terhadap kualitas hidup seseorang. PPOK merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Peradangan kronis ini akan menginduksi kerusakan jaringan parenkim paru (emfisema) serta mengganggu fungsi perbaikan serta pertahanan normal yang ada di jaringan tersebut, udara akan terjebak dalam paru dan terjadi keterbatasan aliran udara sehingga pengidap PPOK akan merasa sesak. Gejala selain sesak pada penderita PPOK, yaitu : batuk kronis yang bisa muncul setiap hari bahkan sepanjang hari, batuk berdahak ataupun tidak, bunyi mengi (bunyi yang keluar saat menghela nafas), dapat menimbulkan komplikasi ke jantung, dan juga dapat terjadi kelemahan otot-otot rangka. Tentunya sudah dapat dibayangkan bahwa pengidap PPOK akan mengalami hambatan sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh PPOK.

Rehabilitasi adalah pemulihan ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi luka atau sakit, atau pemulihan penderita yang sakit atau cedera pada tingkat fungsional optimal di rumah dan masayarakat, dalam hubungan dengan aktivitas fisik, psikososial, pekerjaan,dan rekreasi. Identifikasi gangguan fungsi dan kualitas hidup yang digunakan dalam panduan WHO yang membagi fungsi dalam 3 hal utama, yaitu impairment, disability, dan handicap. Impairment  adalah gangguan fungsi suatu organ karena penurunan fisiologis, psikologis ataupun gangguan pada struktur anatomi; disability merupakan akibat dari impairment sehingga seseorang menjadi terbatas, bahkan tidak mampu melakukan aktivitas normal sesuai dengan kemampuan yang seharusnya mampu dilakukan; dan handicap merupakan akibat impairment dan disability, sehingga seseorang tidak mampu melakukan perannya dalam kehidupan sosial.

Dalam lingkup PPOK, contoh impairment berupa sesak, disability yang terjadi berupa ketidakmampuan atau kesulitan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti makan, kerapian dan kebersihan diri karena terganggu rasa sesak; dan rasa sesak tersebut juga menghalangi kemampuan mobilitas, sehingga tidak dapat bekerja (handicap). Rehabilitasi pada tatalaksana PPOK, seperti tujuan rehabilitasi pada umumnya, bertujuan menurunkan gejala, pencapaian kemampuan kapasitas fungsional maksimal, dan meningkatkan kualitas hidup. Kandidat ideal rehabilitasi paru adalah seseorang dengan keterbatasan fungsi karena gangguan paru derajat sedang hingga berat dan stabil dengan terapi yang standar (obat-obatan), tidak terdapat gangguan penyakit lain yang belum stabil, serta mau dan mampu memiliki motivasi untuk melakukan program rehabilitasi. Meskipun kandidat ideal adalah yang paling baik untuk mendapatkan rehabilitasi paru, hal tersebut tidak menjadi kendala untuk pasien PPOK lainnya untuk mengikuti program rehabilitasi, karena jarang ada pasien yang sama sekali tidak mendapat manfaat dari pemberian komponen program rehabilitasi.

Rangkaian program rehabilitasi pada penderita PPOK meliputi : penilaian pasien; pemberian latihan yang disupervisi setidaknya dua kali seminggu; dan edukasi mengenai pentingnya perubahan perilaku jangka panjang untuk meningkatkan fungsi fisik dan mengurangi dampak psikologis PPOK. Latihan utama yang dapat diberikan adalah latihan pernapasan. Pernapasan cepat dan dangkal biasanya terlihat pada pasien cemas dan sesak. Hal ini meningkatkan kematian jaringan di paru atau saluran pernapasan sehingga aliran udara menjadi sempit. Selain itu, otot-otot pernapasan pun menjadi tidak dapat bekerja secara efektif sehingga oksigen yang masuk ke paru dan kemampuan batuk menjadi lebih berkurang. Program utama latihan pernapasan adalah Active Cycle of Breathing yang terdiri dari 3 komponen, yaitu :

1. Latihan pernapasan pursed-lip untuk mengurangi jumlah angka sesak dan mengoordinasikan pola pernapasan

2. Latihan pernapasan diafragma untuk menggantikan otot-otot pernapasan yang lemah, dan

3. Teknik batuk huffing untuk mengeluarkan dahak tanpa makin merusak jaringan paru .

Selain latihan pernapasan di atas, program latihan lainnya yang diberikan kepada penderita PPOK adalah: latihan ketahanan jantungparu; latihan ketahanan atau penguatan otot-otot anggota gerak atas dan bawah; latihan berjalan; dan latihan peregangan sendi. Latihan tersebut menjadi penting pada penderita PPOK dikarenakan PPOK tidak hanya mengenai organ-organ pernapasan saja, melainkan dapat mempengaruhi bagian-bagian tubuh lainnya, sehingga dibutuhkan latihan rekondisi untuk pemulihan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup penderia PPOK. Selain itu, untuk melakukan aktivitas sehari-hari tidak hanya perbaikan pernapasan yang dibutuhkan, melainkan dibutuhkan juga kekuatan ketahanan jantung paru dan kekuatan otot. Ketahanan jantungparu dibutuhkan agar tidak mudah lelah saat beraktivitas. Kekuatan dan ketahanan otot dibutuhkan agar penderita PPOK kuat menggunakan anggota geraknya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Manfaat optimal latihan pada PPOK ini diperoleh dari program yang berlangsung 6-12 minggu. Satu sesi

Pada pengidap PPOK derajat berat yang sudah terjadi disfungsi otot-otot pernapasan, tumpuan utama adalah latihan pernapasan yang dimulai dengan gerakan pada otot anggota gerak atas dan bertahap menuju latihan anggota gerak bawah. Latihan ditujukan untuk program latihan di rumah dan berintensitas rendah, bertujuan untuk memulihkan otot-otot secara terisolasi tanpa menimbulkan sesak dan dapat dengan mudah dikerjakan di rumah.

Meskipun secara garis besar program rehabilitasi pada PPOK sama untuk semua orang, sesungguhnya program dirancang untuk masing-masing orang dengan mempertimbangkan diagnosis yang tepat, terapi, dukungan emosional, edukasi, stabilitas fisik tubuh, dan psikologis. Untuk mendapatkan latihan yang sesuai dan aman pada penderita PPOK, dapat dikonsultasikan langsung kepada dokter spesialis rehabilitasi medik.(*)

Oleh : dr. Dini Fitriani, SpKFR

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: